Senin, 25 Oktober 2010

Deteksi Dini Kanker Serviks Bisa di Puskesmas

Deteksi Dini Kanker Serviks Bisa di Puskesmas

Merry Wahyuningsih - detikHealth

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Kanker serviks (leher rahim) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian pada perempuan di Indonesia. Sayangnya, banyak perempuan yang terlambat memeriksakan diri sehingga terdiagnosa dengan stadium lanjut. Padahal deteksi dini kanker serviks bisa dilakukan di Puskesmas.

Kanker serviks merupakan kanker yang disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus atau HPV. Virus ini bermacam-macam tipe, tetapi yang mempunyai potensi menimbulkan kanker serviks adalah sekitar 20 tipe dan diantara yang tersering dan berisiko tinggi adalah tipe 16 dan 18 (80 persen penyebab kanker serviks).

Jumlah penderita kanker leher rahim yang terdapat di rumah sakit Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 7.042 orang dan 3.661 (52%) meninggal. Artinya 10 penderita kanker serviks meninggal setiap harinya.

"Kanker serviks sebenarnya merupakan kanker yang sudah diketahui penyebab dan perjalanan penyakitnya, sehingga kanker serviks dapat dicegah," ungkap Prof Dr dr M.Farid Aziz, Ketua Umum IPKASI (Inisiatif Pencegahan Kanker Serviks Indonesia), dalam acara Peluncuran IPKASI di Kembang Goela Restaurant, Jakarta, Kamis (21/10/2010).

Menurut Prof Farid, banyaknya jumlah perempuan yang meninggal karena kanker serviks karena kurangnya kesadaran untuk melakukan usaha pencegahan, baik yang primer maupun sekunder.

Pencegahan primer yaitu dengan cara mengurangi atau mengeliminasi faktor risiko maupun penyebab pada orang normal tanpa adanya gejala dan tanda penyakit, yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat dan bersih, juga bisa berupa vaksin HPV yang bisa mencegah HPV 16 dan 18, yang merupakan 80 persen penyebab kanker serviks.

Sedangkan pencegahan sekunder atau sering disebut skrining merupakan upaya menemukan kondisi prakanker dengan cara deteksi dini dengan Pap smear atau Inspeksi Visual Asam (IVA).

"Kalau vaksin HPV memang belum bisa dilakukan di Puskesmas karena harganya agak mahal, tapi kalau deteksi dini berupa Pap smear dan IVA sudah bisa dilakukan di Puskesmas," ujar dr Sigit Purbadi, SpOG (K), dokter spesaialis obstetri dan ginekologi FKUI/RSCM.

Tapi menurut dr Sigit, banyak perempuan yanb belum menyadari pentingnya deteksi dini, padahal hal ini sangat berpengaruh pada penurunan kejadian dan kematian karena kanker serviks.

"Sebenarnya hal ini sudah lama bisa dilakukan di Puskesmas, tapi karena kurangnya kampanye dan edukasi jadi belum banyak yang melakukan deteksi dini, baik di Puskesmas maupun rumah sakit," jelas dr Sigit lebih lanjut.

Padahal, menurut dr Sigit, jika kanker serviks diketahui pada stadium dini atau bahkan pada saat prakanker, maka 100 persen kanker ini bisa disembuhkan

Biaya untuk melakukan deteksi dini pun jauh lebih murah ketimbang biaya untuk melakukan pengobatannya. "Kalau IVA sekitar Rp 5 ribu dan Pap smear berkisar Rp 100-200 ribu. Untuk vaksin HPV sekitar Rp 700-1,2 juta sekali suntik dan harus dilakukan 3 kali suntik selama 6 bulan. Tapi ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pengobatan yang mencapai Rp 60 juta," jelas Dr dr Laila Nuranna, Sp.OG (K) yang juga pendiri dan dewan komite IPKASI.

0 komentar:

Posting Komentar