Minggu, 21 November 2010

Demam Chikungunya


Penyakit yang disebabkan virus chikungunya juga penyebarannya melalui nyamuk, antara lain Aedes Aegypti. Perbedaannya dari DBD adalah chikungunya tidak menimbulkan perdarahan hebat, syok dan kematian. Gejala utama penyakit chikungunya adalah tiba – tiba tubuh terasa demam diikuti dengan nyeri / linu dipersendian. bahkan, salah satu gejala yang khas adalah timbul rasa pegal – pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang dan sendi dan bisa menimbulkan kelumpuhan sementara sehingga, penyakit ini juga disebut demam tulang.

Virus ini menyerang semua umur baik anak – anak maupun dewasa didaerah endemis. Pada Anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan serta sering disertai gejala flu. Bahkan ada anak dijumpai dengan demam tinggi yang mengakibatkan kejang demam. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, demam diikuti rasa sdakit pada otot dan sendi sehingga sulit untuk berjalan dan pembesara kelenjar getah bening. Mual dan muntah juga bisa menyertai. Demam ini biasanya hanya 3 hari tanpa perdarahan

Langkah Pengobatan
Masa inkubasi 2 – 4 hari dan manifestasi penyakit berlangsung 3 – 10 hari. Virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Jadi, usahakan jangan panik jika anggota keluarga mengalami penyakit ini karena tidak sampai menimbulkan kematian. Tapi rasa nyeri masih akan tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Dan harus waspada pada anak yang punya riwayat kejang demam.

Tidak ada vaksin atau obat khusus untuk penyakit ini . Cukup minum obat penurun panas dan penghilang nyeri serta istirahat dan asupan makan dan minum bergizi yang cukup. Untuk anak berikan obat penurun panas dan kompres untuk antisipasi demam tinggi yang mengakibatkan kejang demam.  Dokter biasanya memberikan golongan obat penurun panas / flu dan analgesik serta vitamin penguat daya tahan tubuh. Perbanyak air putih, asupan karbohidrat dan protein, makan buah -buahan segar terutama setelah melewati lima hari demam untuk memulihkan kondisi seperti semula.

Pencegahan
Karena penyakit chikungunya ini vektornya sama dengan penyakit DBD maka prinsip dasar pencegahannya  juga sama dengan pencegahan pada penyakit DBD.
Beberapa rekomendasi pencegahan yang efektif sebagai berikut :
  1. Tetap laksanakan 3M Plus.
  2. Cegah dengan Kentongan.
  3. Cari Informasi yang benar mengenai penyakit ini.
  4. Tetaplah menjaga kebersihan satu Desa atau kampung.
  5. Tanam tanaman yang dapat mengusir nyamuk
  6. Yang paling ampuh adalah lindungi diri anda dari gigitan nyamuk.

Jumat, 19 November 2010

Pengumuman CPNS 2010 Banyuwangi


P E N G U M U M A N
Nomor  :  810/  2349  /429.203/2010

Berdasarkan Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : B/2973/M.PAN-RB/10/2010 perihal Persetujuan Rincian Tambahan Alokasi Formasi CPNS Daerah Tahun 2010, bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan menerima Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) sebanyak  164  orang, dengan rincian sebagai berikut :
  1. Tenaga Pendidikan sebanyak     :  30 orang
  2. Tenaga Kesehatan sebanyak     :  64 orang
  3. Tenaga Teknis sebanyak          :  70 orang
B. PERSYARATAN
  1. Persyaratan Umum
    1. Warga Negara Indonesia.
    2. Berusia setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun dan serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun terhitung sampai dengan tanggal 1 Januari 2011 (tanggal kelahiran antara tanggal 1  Januari 1976  s.d  1 Januari 1993).
    3. Kartu Tanda Pencari Kerja (AK-1) dari Instansi berwenang.
    4. Memenuhi pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan yang diperlukan.
  1. Persyaratan Khusus
    1. Bagi pelamar berpendidikan S.1, Indeks Prestasi Komulatif (IPK) minimal :
      1. Bagi S.1 Teknik Sipil, S.1 Teknik Arsitektur, S.1 Teknik Informatika, S.1 Teknik Kimia, S.1 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, S.1 Hukum, S.1 Akuntansi  :
        1. Bagi lulusan Perguruan Tinggi Negeri : 3,00
        2. Bagi lulusan Perguruan Tinggi Swasta : 3,50
      2. Bagi pendidikan selain tersebut pada poin 1, IPK minimal :
a.  Bagi lulusan Perguruan Tinggi Negeri : 2,80
b.  Bagi lulusan Perguruan Tinggi Swasta : 3,00
    1. Bagi pelamar berpendidikan D.III dan D.II, Indeks Prestasi Komulatif (IPK) minimal : 2,75
    2. Persyaratan yang harus dicukupi setelah pelamar dinyatakan lulus ujian adalah :
      1. Tidak pernah dihukum penjara/kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
      2. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil/anggota Tentara Nasional Indonesia/anggota Kepolisian Negara atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;
      3. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri;
      4. Berkelakuan baik dan bebas narkoba;
      5. Sehat jasmani dan rohani;
      6. Tidak berkedudukan sebagai anggota atau pengurus partai politik;
      7. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan atau diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah.
    3. Persyaratan khusus formasi jabatan Pelatih Olahraga Atletik dan Pelatih Olahraga Sepakbola :
1. Memiliki prestasi nyata dengan medali baik di tingkat nasional maupun internasional, pada :
      1. Asian Games atau Olimpiade/Para Olimpic, minimal Juara III/Medali Perunggu
      2. Pekan Olahraga SEA Games/Para Games, minimal Juara II/Medali Perak
      3. Pekan Olahraga Nasional (PON)/Pekan Olahraga Cacat Nasional (PORCANAS), sebagai Juara I/Medali Emas
        yang dibuktikan dengan piagam/sertifikat atas prestasinya yang dikeluarkan oleh lembaga/induk organisasi olahraga yang berwenang.
2. Event kejuaraan/kegiatan keolahragaan diluar tersebut pada angka 1 diatas tidak termasuk dalam ketentuan Peraturan ini.

C. TATA CARA PENDAFTARAN
1. Setiap pelamar harus menulis sendiri surat lamaran pada kertas folio bergaris menggunakan tinta warna hitam tanpa meterai yang ditujukan kepada Bupati Banyuwangi (contoh lamaran terlampir), dengan melampirkan ;
  1. Pas photo hitam putih ukuran 4 x 6 cm. sebanyak  3 (tiga) lembar dan dibaliknya ditulis nama lengkap pelamar ;
  2. Foto copy sah / dilegalisir Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku ;
  3. Foto copy ijazah / Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) serta daftar nilai (transkrip) yang dilegalisir pejabat yang berwenang ;
  4. Foto copy sertifikat TOEFL yang dilegalisir (bila ada) ;
  5. Foto copy Piagam / sertifikat prestasi (bagi formasi jabatan Pelatih Olahraga Atletik dan Pelatih Olahraga Sepakbola).

2. Berkas lamaran dikirimkan melalui PT. Pos Indonesia ditujukan ke :
Tim Pengadaan CPNSD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010
Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Banyuwangi
Jln. KH. Agus Salim No. 20 A Banyuwangi 68411
3. Berkas lamaran dimasukkan kedalam amplop warna coklat, pada pojok kanan atas amplop dituliskan kode jabatan yang dilamar dan kode pendidikan.

D. WAKTU PENDAFTARAN
  1. Pendaftaran dimulai  Tanggal 19 Nopember 2010 ditutup sampai dengan  Tanggal  3 Desember 2010 (cap pos) dan sudah diterima panitia paling lambat Tanggal 6 Desember 2010.
    Pengiriman berkas sebelum atau sesudah tanggal yang ditetapkan, tidak dapat ditindaklanjuti.
  2. Pengumuman bagi pelamar yang lulus seleksi administrasi dapat dilihat melalui website www.banyuwangikab.go.id dan pada Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 8 Desember 2010.
  3. Pelamar yang dinyatakan lulus wajib mengambil tanda peserta ujian di Sekretariat Tim Pengadaan CPNSD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010, Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Banyuwangi Jln. KH. Agus Salim No. 20 A Banyuwangi 68411 pada tanggal 8 – 9 Desember 2010 mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB.

E. PELAKSANAAN UJIAN
Ujian dilaksanakan pada :
H a r i                :  Minggu
T a n g g a l        :  12 Desember 2010
P u k u l             :  07.00  WIB sampai dengan selesai
T e m p a t         :  disesuaikan dengan surat pemberitahuan
Pakaian              :  baju warna putih, celana/rok warna gelap dan bersepatu
F. MATERI  UJIAN :
Materi Ujian meliputi :
1.  Tes Pengetahuan Umum meliputi :
  1. Bahasa Indonesia
  2. Pancasila
  3. Kebijakan Pemerintah
  4. Tata Negara
  5. Sejarah
  6. Bahasa Inggris dan
  7. Pengetahuan lainnya
2. Tes Bakat Skolastik
Untuk mengukur potensi seseorang dalam belajar berdasarkan penalaran verbal, penalaran kuantitatif dan penalaran analisis.
3. Tes Substansi
Sesuai dengan bidang studi/ jurusan pendidikan masing-masing.
G. LAIN-LAIN
  1. Bagi pelamar dengan tingkat pendidikan S.1 dan Dokter diutamakan mempunyai sertifikat TOEFL yang menunjukkan nilai minimal 400, kecuali bagi formasi jabatan Pelatih Olahraga Atletik ;
  2. Surat lamaran yang diajukan sebelum dan  atau sesudah batas waktu yang ditentukan,  dinyatakan tidak memenuhi syarat ;
  3. Berkas lamaran yang sudah masuk, menjadi milik panitia  ;
  4. Bagi peserta yang dinyatakan lulus, akan ditempatkan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah  (CPNSD) pada unit kerja sesuai dengan pilihan kode jabatan ;
  5. Keputusan Panitia  Pelaksanaan Ujian Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah  (CPNSD) Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2010, tidak dapat diganggu gugat .
Banyuwangi, 18 Nopember 2010
An. BUPATI  BANYUWANGI
Sekretaris Daerah
Selaku Ketua Tim Pengadaan CPNSD
Kabupaten Banyuwangi Formasi Tahun 2010













Download Contoh Lamaran dan Formasi 



Selengkapnya lihat di :  
http://www.banyuwangikab.go.id/pengumuman/pengumuman-cpns.html

Kamis, 18 November 2010

Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke 46

Banyuwangi, (18/11) Kegiatan Memperingati Hari Kesehatan Nasional ke 46 di Kabupaten Banyuwangi, juga diisi dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Banyuwangi, diantaranya mengadakan Lomba Penilaian Kinerja Puskesmas, Lomba Tenaga Kesehatan Teladan dan Lomba Kawasan Tanpa Rokok.


Seusai upacara peringatan yang berlangsung di halaman Kantor Pemkab Banyuwangi, Bupati Abdullah Aswar anas, Msi menyerahkan Piagam Penghargaan kepada pemenang lomba.

Untuk lomba Penilaian Kinerja Puskesmas di berikan kepada  Puskesmas Sambirejo yang memenangi Lomba untuk katagori Puskesmas Rawat Inap A. Kategori Puskesmas Rawat Inap B diraih Puskesmas Wongsorejo dan Puskesmas Sobo meraih penghargaan untuk kategori Puskesmas Rawat jalan Besar. Puskesmas Karangsari meraih kategori Puskesmas Rawat Jalan Sedang, dan Puskesmas Tampo meraih penghargaan sebagai pemenang kategori Puskesmas Rawat Jalan Kecil.

Disamping penghargaan untuk Puskesmas, Bupati juga menyerahkan penghargaan untuk tenaga medis, yang masing-masing  diraih oleh  dr. Yos Hermawan memenangi kategori Tenaga Medis dari Puskesmas Karangsari. Kategori Tenaga Keperawatan diraih oleh Dodi Setyawan dari Puskesmas Yosomulyo dan Nurlaili Hidayah meraih kategori Tenaga Gizi dari Puskesmas Benculuk.

Sedang institusi Pendidikan yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok di raih oleh SMP Unggulan Bustanul Makmur Kecamatan Genteng.

                                                        Sumber : http://www.banyuwangikab.go.id

Rabu, 17 November 2010

Pengumuman CPNS 2010

Selasa, 02 November 2010

Konsep Dasar Diare

Definisi
Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua jam pertama, dengan temperatur rectal diatas 38 derajat Celsius (Soegianto, 2002:73).

Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali (Bagian IKA FKUI, 2005:283).

Diare merupakan gangguan pencernaan yang sering dialami oleh semua orang terutama bayi dan anak-anak. Diare dapat mengancam jiwa bayi dan anak, karena bayi dan anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi orang dewasa. Hingga kini penyakit diare masih merupakan salah satu penyakit utama bagi bayi dan anak (Pikiran Rakyat, Kamis, 12 Oktober 2006).

Menurut WHO 1992, diare sering terjadi pada anak-anak terutama anak usia 6 bulan sampai 2 tahun, atau pada bayi berusia dibawah 6 bulan yang minum susu sapi atau formula makanan bayi (Andriyanto, 1992:1).

Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Kejadian Diare

1. Faktor Infeksi
Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enternal ini, meliputi :

a. Infeksi Bakteri:
Vibrio, E-coli, Salmonella, Stigella, Compylobacter, Fersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi Virus:
Enterovirus (Cirus echo, Coxsackie, Poliomyelitis), Adeno Virus, Rotavirus dan lain-lain.
c. Infeksi Parasit
Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa centamoeba, Hystolytica, Glardia lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).
d. Infeksi Parenteral
Yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti Otitis Media Akut (OMA) Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak di bawah 2 tahun.

2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi Karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi Lemak
c. Malabsorbsi Protein

3. Faktor Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas walaupun jarang, dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar (Ngastiyah, 2005:224).

5. Sanitasi lingkungan yaitu higiene dan sanitasi yang buruk, mempermudah penularan diare baik melalui makanan, air minum yang tercemar kuman penyebab diare maupun air sungai (Majalah Kefarmasian, April 2004:1). Sanitasi lingkungan dapat diukur dengan kategori sanitasi lingkungan yang memadai dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai.

Pendapatan keluarga, keadaan ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya (Nasrul Effendy, 2003:39).

Pada umumnya seseorang yang pendapatannya tinggi dapat memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) sehari-hari seperti sandang, pangan dan papan, sehingga tercapai keluarga yang sejahtera (Ahmadi A, 1997: 334).

6. Faktor pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Notoatmodjo S, 2003:97).

7. Faktor budaya, faktor budaya yang berupa tradisi dan kepercayaan masyarakat membentuk perilaku positif maupun negatif terhadap perkembangan berkembangnya diare.

8. Faktor gizi, keadaan gizi yang buruk akan mempengaruhi lamanya diare dan komplikasinya. Anak dengan status gizi kurang kalori protein akan mengalami gangguan keseimbangan elektrolit dan diare mempercepat proses ini. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) serta makanan bergizi terbukti meningkatkan daya tahan terhadap diare (Anonim, 1985:Artini,1987).

Konsep Dasar DHF (Dengue Haemorrhagie Fever)

Definisi
Penyakit dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropod born virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Ngastiyah, 1997 : 341).

DHF adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang mengakibatkan kematian (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 : 419).


Etiologi
Virus dengue termasuk dalam kelompok arbovirus b. dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain.

Gambaran Klinik
Penyakit ini ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam mulai dari perdarahan yang ringan (petekla/ekimosis, perdarahan gusi, epistaksis) sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuna masif.

Selain perdarahan juga terjadi juga terjadi syok, biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak semakin lemah. Ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin. Denyut nadi cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

Menurut patokan dari WHO tahun 1975, diagnosa DHF harus berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus-terus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji turnikel positif dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain.
3. Pembesaran hati (sudah diraba sejak permulaan sakit).
4. Renjatan yang ditandai nadi lemah, cepat, tekanan darah menurun disertai kulit teraba dingin dan lembab, penderita menjadi gelisah timbul sianosis di sekitar mulut.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari meninggalnya nilai hematokrit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa konvalesen. Ditemukannya 2 atau 3 patokan klinis pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk klinis membuat diagnosa DHF.

Berdasarkan patokan WHO (1975) DHF dibagi menjadi 4 derajat sebagai berikut :
a. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya dapat manifestasi perdarahan (Uji Turniket pasien).
b. Derajat II : Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.
c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin.
d. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
Perdarahan pasien DHF terjadi karena trompositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi. Perdarahan hebat dapat terjadi terutama pada traktus gastrointestinal.

Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simptomatis dan suporatif.
1. DHF Tanpa Renjatan
Rasa haus dan dehidrasi timbul akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah. Penderita perlu diberi minum banyak 1 ½ -2 liter dalam 24 jam yang dapat berupa the manis, sirup, susu, dan bila mau diberi oralit. Cara memberi minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Pemberian minum secara gastronasal tidak dilakukan karena resiko merangsang terjadinya perdarahan.

Keadaan hiperpireksia (suhu 40oC atau lebih) diatasi dengan obat antipiretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang-kejang diberi luminal atau anti konvulsan lain. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg IM, anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Bila dalam waktu 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg bb. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg dan di bawah 1 tahun 30 mg dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.

Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien terus-meneurus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi, didapatkan nilai hematokrit yang cenderung terus meningkat.

2. DHF Disertai Renjatan
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya tinger laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak respon diberikan plasma, banyaknya 20-30 ml/kg bb. Pada pasien dengan renjatan berat yang telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak tercapai yang diharapkan maka untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa ialah spuit dimasukkan cairan sebanyak 100-200 ml, baru kemudian diguyur.

Mengingat bahwa kebocoran plasma dapat berlangsung 24-28 jam, maka pemberian infus dipertahankan walaupun tanda-tanda vital telah nyata-nyata baik. Karena hematokrit merupakan indeks yang terpercaya dalam menentukan kebocoran plasma, maka pemeriksaan tidak perlu dilakukan secara periodik. Selanjutnya kecepatan tetes diberikan sesuai dengan keadaan gejala klinik.

Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan perdarahan sendiri tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut maka dalam keadaan inipun dianjurkan pemberian darah.

Evaluasi pengobatan renjatan dibuat catatan data klinik mencantumkan tanggal dan jam pemeriksaan serta memuat hasil pemeriksaan nilai hemoglobin, nilai hematokrit, trombosit, jenis dan jumlah cairan yang diberikan (kecepatan tetesan) juga bila terjadi perdarahan gastrointestinal jumlah dan warna perdarahannya. Bila renjatan tidak teratasi dengan pengobatan biasa atau terjadi renjatan berulang dirawat di ICU.